SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE – Puluhan ibu-ibu dan remaja putri di Desa Hagu Selatan Kecamatan Banda Sakti, yang berada di pesisir Kota Lhokseumawe pada Rabu (21/8/2024) dilatih mengolah limbah perikanan menjadi pupuk organik cair untuk tanaman. Pelatihan yang berlangsung di Dusun Tugu Pahlawan tersebut bentuk pengabdian Dosen Universitas Malikussaleh (Unimal) yang diketuai Imanullah SPi MSi.
Pengabdian tersebut diadakan karena dilatar-belakangi oleh berlimpahnya jenis ikan yang tidak bernilai ekonomis pada musim tertentu, yang dibuang di pinggir laut sehingga menimbulkan permasalahan estetika. Sebab dibiarkan berserakan di pinggir pantai Hagu Selatan. Kondisi ini juga menimbulkan bau yang tidak sedap dan pantai menjadi kotor dengan sampah perikanan.
“Sejak kecil saya berada di daerah pesisir, saya melihat orang-orang membuang sampah sembarangan, ditambah lagi dengan fasilitas tempat pembuangan sampah yang masih sedikit terbatas,” ujar Imanullah kepada Serambinews.com, Kamis (22/8/2024).
Ikan jenis baronang (ilak dalam Bahasa aceh), selama tidak dikonsumsi karena memiliki lebih banyak duri. Ikan tersebut juga tidak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku untuk pembuatan makanan. Persoalannya kata Imanullah, kalau dibuang dalam jumlah yang banyak menimbulkan bau amis yang berkepanjangan selama musim ikan baronang lebih mendominasi dalam tangkapan nelayan. Padahal ikan baronang tersebut bisa diolah menjadi pupuk organik cair dengan bahan atau biaya yang lebih murah dan mudah didapatkan masyarakat. Juga dapat diolah menjadi pakan ternak.
“Kenapa kita memilih pengolahan limbah perikanan menjadi pupuk organik cair, karena dapat langsung dilakukan oleh ibu rumah tangga, tidak perlu perawatan khusus, juga tidak menimbulkan bau,” ujar alumnus ITB. Sedangkan kalau diolah menjadi pakan ternak harus dijemur dulu, ini menjadi persoalan bagi lingkungan karena menebarkan bau amis ke mana-mana. “Oleh karena itu tim kami berinisiatif untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah perikanan tersebut menjadi pupuk organik cair dengan harapan menjadi pendapatan tambahan bagi kaum ibu di kampung ini,” ungkap Imanullah.
Selain ikan-ikan yang tak bernilai ekonomis, limbah ikan lain seperti insang, sirip dan bagian dalam tubuh ikan yang tidak digunakan, juga dapat diolah menjadi pupuk organic cair dengan memanfaatkan bakteri pengurai. Bahan yang digunakan adalah EM4, probiotik yang berguna untuk meningkatkan bakteri pengurai bahan organik. Kemudian air kelapa dan gula merah atau molase yang lebih murah. “Selama ini kita lihat ibu-ibu rumah tangga juga membuang air kelapa, tidak memanfaatkannya, artinya bahan untuk pengolahan ada di sekitar mereka,” ujar Dosen Unimal.
Penggunaan EM4 juga tidak banyak untuk mengolah ikan itu menjadi pupuk cair organic. Misalnya dalam satu botol itu bisa digunakan oleh banyak warga dan harga per botolnya sekitar Rp 40 ribu. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan warga dapat memanfaatkan limbah perikanan sehingga dapat menguranginya dan nelayan tidak membuang sembarangan lagi limbah perikanan.
“Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan juga keterampilan cara pengolahan limbah ikan menjadi pupuk organic cair kepada perempuan di Kampung Hagu Selatan,” ujar Imanullah yang juga dikenal sebagai penceramah dan pendakwah di kawasan Lhokseumawe dan Aceh Utara. Dalam pelatihan tersebut tim pengabdian yang terdiri Imanullah MSi, Yudho Andika MSi, Dr Saiful Adhar, Dr Erniati MSI dan Muliani MSi, dibantu mahasiswa mendemonstrasikan proses pengolahan.
Kemudian ibu-ibu tersebut yang dibagi dalam lima kelompok itu juga mempraktikkannya langsung. “Jadi bukan mencontohkan, tapi mereka mempraktikkan langsung sehingga bisa menguasainya, prosesnya juga mudah,” ujar Imanullah. Disebutkan, Tim pengabdian akan datang lagi ke Lokasi tersebut paling lama 21 hari ke depan untuk melihat hasil fermentasinya dan juga evaluasi.
Ditambahkan, kualitas pupuk yang dihasilkan dari limbah perikanan itu juga cukup aman dan lebih murah dibandingkan pabrikan. Kegiatan ini juga bagian dari pemberdayaan masyarakat pesisir untuk menambah pendapatan sehingga ke depan kalau diseriusi bisa menjadi sumber pendapatan baru. Seorang perwakilan masyarakat, Fitria menyebutkan, warga sangat menyambut baik kegiatan tersebut dan berterimakasih kepada Dosen Unimal yang sudah melatih warga untuk memanfaatkan limbah perikanan jadi pupuk organic cair.
Bahkan warga mengaku tidak mengetahui ikan yang selama ini mereka buang begitu saja, ternyata masih dapat dimanfaatkan lagi untuk membuat pupuk cair organic. “Kami tidak tahu ikan ini bisa jadi pupuk, makanya dibuang selama ini,” ujar Fitria,
Kegiatan itu dibuka Keuchik Gampong Hagu Selatan Dedy Fakhrurrazi, AMd didampingi oleh Kepala Dusun Tugu Pahlawan Zainal Abidin. Ikut hadir Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Unimal, Eva Ayuzar, SPi M Si.(*)